Yo! Apa kabar kalian semua? Harus sehat yah, kalau yang sedang sakit semoga lekas sembuh. Huwaaa berhubung hari ini tanggal spesial yakni, tanggal 21! Iya angka yang tertulis di header blog ini loh hohohoho. Hari ini banyak banget yang berbahagia. Dari yang seneng karena tanggal merah karena perayaan nyepi, sampai hari ulang tahun gue yang sebenernya biasa aja hahaha. Masih inget tulisan ini? Tentang project bingo dan pohon semangat.
Kali ini gue nggak akan ngebahas project bingo, tapi masih ada keterkaitannya hohoho. Bingo di sini yang gue bicarakan adalah turning point. Di dalam menulis cerita, turning point atau plotpoint adalah titik-titik di mana karakter atau si tokoh utama berada dalam fase yang membuatnya "berubah".
KAMU BERUBAH! |
Berubah di sini bisa berbagai macam versi, entah itu hidupnya, keadaannya, sifatnya, dan lain-lain yang pokoknya menuntut si tokoh utama ini berubah atau memiliki sebuah pengalaman baru yang membuat ceritanya menjadi tidak biasa. Nah dalam kehidupan kita, juga ada yang namanya turning point. Setiap orang memiliki turning point-nya masing-masing, entah membuat mereka menjadi lebih dewasa, menjadi lebih baik atau bahkan bisa jadi memburuk. Bagi gue, angka 21 bukan cuma sekadar angka kelahiran, tetapi juga angka usia dimana gue ngerasain turning point gue.
Gimana nggak? Di usia 21 tahun ini, gue mengalami peristiwa besar yakni menjadi lulusan Broadcast UI, bukan mahasiswi lagi. Kelulusan ini bisa berarti banyak, salah satunya memasuki gerbang "kehidupan yang sebenarnya". Entahlah saat gue lulus, orang yang memberi selamat, selalu mengucapkan itu,
"Lulus yah put? Selamat yah! Kehiduapan yang sebenarnya baru dimulai! Hahaha" kata mereka sambil tertawa jahat dan puas. Gue pun hanya membalas, "Jadi selama ini gue masih pura-pura hidup gitu?".
Hahaha emang maksud bercanda sih, tapi mungkin mereka ada benarnya tapi entahlah, menurut gue yang mereka maksud dengan "gerbang kehidupan yang sebenarnya" adalah turning point kematangan, kedewasaan, dan semacamnya. Sederhananya, pemikiran umumnya tuh orang yang masuk ke dunia kerja itu adalah mereka yang masuk ke dalam "gerbang kehidupan sebenarnya", what the...mungkin saja sih seperti itu walau bagi gue, kemungkinan untuk seseorang menjadi lebih dewasa dan matang itu nggak serta merta menunggu mereka memasuki "masa-masa kerja". Kembali lagi, setiap orang memiliki turning point-nya masing-masing.
Usia 21 tahun di tanggal 21 ini, gue mengalami banyak hal yang membuat gue berpikir mungkin ini memang turning point gue. Nggak hanya soal kelulusan tadi, banyak hal deh sampe gue merasa diri gue berubah, keadaan berubah dengan sangat drastis dan cepat. Gue jadi mempelajari dan memaknai hal baru. 2121 ini menjadi seperti angka BINGO! Kemudian ucapan selamat anda memasuki gerbang kehidupan yang sebenarnya pun mencuat hahahaha. Yaa yang bisa kita lakukan yaa jalani saja semuanya dengan terbaik. 21 di 21 terasa spesial sekali.
Hal spesial lain selain soal turning point, adalah perayaan ulang tahun oleh anak Broadcast UI 2011. Di kelas kami, ada 3 orang yang berulang tahun di tanggal 21 Maret ini, yaitu gue, Finnie, dan Nia.
TIUP LILIN BARENG; FINNIE - PUTI - NIA |
Selama 3 tahun kuliah bareng, di tahun terakhir perkuliahan inilah anak-anak BCUI'11 ngasih kejutan ke kami bertiga. Terima kasih yaah anak, bece untuk kenangannya ini, spesial di usia kami yang ke 21 tahun pula. Ohiya ngomong-ngomong, gue itu selalu ada teman tiup lilin loh alias teman yang ulang tahunnya barengan sama gue. Kalo di masa kuliah ini ada Finnie dan Nia. Di SMP ada Retno, teman sebangku sekaligus se-geng buat rumpi komik hahaha. Di SMA, gue tiup lilin bareng sekolah gue sendiri, yakni SMAN 4 Jakarta dan Yonsei, teman seperjuangan yang rumahnya sama-sama di Bekasi tapi sekolah di Jakarta hahaha. Gue berharap mereka selalu menjadi yang terbaik dan telah melewati turning point yang membuat mereka menjadi lebih baik.
SMA GUE UDA TUA BANGET TAHUN INI |
Apakah turning point bisa kita buat sendiri? Mungkin saja bisa, mungkin saja nggak. Karena menurut gue, turning point itu sebuah fase yang sebenarnya kita juga nggak bisa liat. Turning point itu berbentuk sebuah momentum yang membolak-balikan diri kita pada perjalanan nasib (cieelaah bahasa gue). Sementara itu, kita masih tetap bisa merubah diri kita tanpa menunggu turning point. Bisa banget malahan. Bahkan bisa aja cara kita merubah diri perlahan terakumulasi menjadi sebuah momentum di turning point hidup kita. Dan pastinya turning point itu akan selalu kita ingat nantinya.
Cara menanggapi turning point adalah menjadi diri kita sendiri. Maksudnya menjadi diri sendiri bukan soal "semau-maunya gue" yah. Tapi tentang memperhatikan diri kita sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, gue juga masih belajar untuk memperhatikan diri gue sendiri walau dengan adanya bantuan moril orang lain. Semoga kita selalu menjadi pribadi yang semakin baik. Amin. Salam #Sotoy!
Plot twist: gue nulis ini di tahun ini (2015) dengan usia gue yang ke 22 tahun hahaha.
Sumber Gambar:
Yaolloh put hampir aja gw shock, dengan judul blog lo itu, ternyata gw ketipu 😅😅
BalasHapuswkakakakka kena deh XP
HapusYaolloh put hampir aja gw shock, dengan judul blog lo itu, ternyata gw ketipu 😅😅
BalasHapusMbak, kalau mbak nulisnya di usia 22 ya biasa aja. Yang bikin kaget itu kalau nulis ini pas usia 21 tahun lalu. Mana mungkin turning point sesingkat itu? Hehehe.
BalasHapusMbak, berarti pernah galau banget dong sebelum turning point atau saat turning point?
Waah pernah banget dong. Depresi malahan bukan galau lagi X"D galau itu manusiawi
HapusKirain 21 tahun beneran kak :')
BalasHapusPadahal udah mau kaget komen kok bisa 21 udah lulus haha :')
Btw, saya jarang banget punya temen yang tanggal lahirnya sama, haha. Kak Puti kok bisa banyak samaan sama temen temennyaa? :')
Loh aku lulus emang di usia 21 tahun loh :3
HapusIya nih mungkin tanggal lahirku pasaran. X"D