Judul: Battle of Surabaya (2015)
Produksi: MSV Pictures
Sutradara: Aryanto Yuniawan
Penulis Naskah: M. Suyanto, Aryanto Yuniawan
Penulis Naskah: M. Suyanto, Aryanto Yuniawan
Jenis Film: Animasi, Aksi, Drama
Pengisi Suara: Ian Saybani, Maudy Ayunda, Reza Rahadian, Jumali Jindra, Ernanta Kusuma, Guritno, Alan Bona
"...Musa (Ian Saybani), seorang remaja penyemir sepatu yang kemudian membawa misi sebagai kurir surat-surat rahasia untuk para tentara dan milisi pejuang Indonesia. Selain surat rahasia, Musa juga mengantar surat-surat pribadi para pejuang untuk keluarganya. Bersama sahabatnya, Yumna (Maudy Ayunda) dan Danu (Reza Rahadian). Musa mengalami petualangan hebat hingga banyak kehilangan orang-orang yang dicintainya..."
Itulah sepenggal sinopsis yang bisa kalian temuin di website resminya Battle of Surabaya. Nggak biasanya gue cuma ngopas sinopsis buat review film, kalau kalian liat review-review film di blog ini semua sinopsisnya gue bikin sendiri. Alasan kenapa gue memilih untuk tinggal ngopas ini adalah karena gue BINGUNG mau menceritakannya darimana hahahaha. Karena Battle of Surabaya (BoS) ini ceritanya beraaaaaat. Ah beratnya dalam artian masalahnya banyak gitu, jadi fokus ceritanya banyak. Yauda langsung aja kita review!
Pertama, fokus ceritanya banyak dan alurnya lambat. Entah apa karena ini film dengan setting sejarah yah makanya alurnya lambat? Cerita sedikit, kemarin gue ikut serta membantu film Tjokroaminoto yang kebetulan settingnya Surabaya dan Reza Rahadian menjadi peran utamanya (dua hal ini semacem unsur yang sama dengan BoS), secara netral gue katakan Tjokroaminoto dan BoS sama-sama "terasa lama". Yang membedakan adalah Tjokroaminoto memang durasinya yang panjang dan BoS pace-nya yang lambat padahal durasi singkat. Gue paham betul, film bersetting sejarah memiliki riset yang panjang dan riset-riset ini punya daya tarik sendiri sehingga susah untuk memilah mana yang ingin ditayangkan. Terbukti, film Tjokroaminoto memilih untuk menghajar film dengan durasi panjang untuk memasukan timeline sejarah yang menurutnya penting, sementara BoS memaksakan diri dengan timeline sejarah yang cukup banyak dengan durasi pendek.
Masalahnya adalah permasalahan yang sebenernya berat dituntaskan dengan gitu aja. Pemecahan masalahnya singkat yakni KARAKTER MATI. Yang harus digarisbawahi adalah nggak semua masyarakat Indonesia hapal betul sejarah Indonesia. Bukan berarti mereka nggak peduli, tapi justru kehadiran film bersetting sejarah memiliki fungsi untuk recalling sebenarnya. Fokus cerita yang banyak ini bikin orang susah nyerna. Baru mau recalling memory, eh uda pindah setting. Durasi singkat kok alur terasa lambat? Sederhana aja, karena kebanyakan alur mundur alias flashback-nya. Contohnya Yumna bercerita masa kecil dia seperti apa atau bagaimana dia di kelompok kipas hitam dan itu semua harus banget digambarin. Sebenernya sih sah-sah aja digambarin biar nggak monoton makanya alurnya bolak-balik, tapi ini kalo kebanyakan adeuh...sekalinya alur maju eh masalah tuntas dengan "membunuh" karakter.
Sebenarnya kalo fokus cerita BoS sesuai dengan sinopsisnya, pasti ceritanya lebih mengena. Refrensinya liat aja Grave of Th Fireflies-nya Ghibli yang drama tapi setting perang dunia nya masih berasa. Ya walaupun sebenarnya BoS bermaksud mengikutsertakan kondisi Perang Surabaya dengan tidak hanya menjadi setting (terbukti dengan tagline film ini yakni "there is no glories in war") walau masih terasa belum menyatu bagi gue yang fokusnya uda pecah ke:
1. "There is no glories in war" dari tagline ini dan inti cerita di akhir mempunyai pesan bahwa penjajah pun menderita, semua pihak menderita dalam perang. Maka dari itu BoS juga ngegambarin keluarga si penjajah Belanda.
2. Kisahnya Yumna di kelompok Kipas Hitam
3. Misi kurir-nya Musa
4. Bagaimana perang berakhir
5. Kisah agen rahasianya Danu
Dan lain sebagainya.
Maaf karena gue penulis, gue fokus banget ke cerita. Bagi gue BoS itu seperti Jurassic World yang menghibur tapi fokus ceritanya banyak jadi nggak cuma dinosaurus aje gitu. GUE NANGIS saat Musa baca surat para pejuang. Dan menurut gue bagian ini yang harusnya lebih digali atau punya gambar yang lebih banyak biar sesuai dengan sinopsis officialnya itu loh. Itu dalem dan gue baru dah ngebayangin gimana para pejuang saat itu yah.
Kedua, musik dan scoring yang luar biasa. Siapa pun tangan dibalik melodi-melodi indah pengiring film BoS ini, gue berterimakasih. Kalian luar biasa. Musiknya agung dan bagus banget dan membantu. Walau ada beberapa bagian musik dan animasi terasa nggak menyatu karena perpindahan setting yang serius ke bercanda. Sebenernya bisa kok film serius gini ada bercandaanya, bisa diakali dengan buat segmentasi yang berbeda. Jadi candaan dan hal serius porsinya nggak berbarengan di dalam satu segmen gitu. Berasa aneh saat penonton ketawa dengan musik yang lagi serius mendebarkan. Kecuali lagunya dibikin seperti Petualangan Sherina gitu, ketukan cepat tapi tetap lucu. Ya, pokoknya kalian keren luar biasaa! Ahya sebelum nonton film ini, gue uda jatuh cinta sama soundtracknya dan kebetulan jatuh cinta pada versi cover-nya fleurishana.
Ketiga, CG animasi yang keren banget dan animasi 2D yang oke. Gue nggak bisa berkomentar banyak untuk yang satu ini. Walau animasi 2D nya masih terasa patah-patahnya, tapi gue cukup termanjakan untuk semuanya. Cuma bisa bilang "wow" dan "I NEED MORE BLOOD!" heuheu abisan nggak ngeliat darah di BoS mungkin karena rate-nya yah?
Keempat, dubber-dubber kece. Emosi kak Ian Saybani (Musa) bagus banget, merem aja uda kebayang kok itu suaranya sedang mengekspresikan apa. Walau Maudy Ayunda agak kurang bagus menurut gue cuma not bad. Ahya gue kecewa sih untuk tidak adanya nama kak Ian Saybani yang mengisi suara Musa (yang notabene karakter utamanya) berjajar dengan nama besar seperti Maudy Ayunda dan Reza Rahadian. Okelah teknik marketing tapi tetep aja agak keterlaluan. Karena saat orang nonton, orang uda nggak peduli itu suaranya siapa. Paling yang kerasa ya suaranya Reza Rahadian yang khas karena sudah sering kita dengar dengan filmnya yang banyak. Kecuali gue yang memang orientasinya untuk fangirling suara kakak-kakak dubber di film ini heuheueheu. Termasuk seperti menemukan suara Joey, ketua INA FANDUB di film ini hahaha.
Gue sudah mengetahui BoS dari 3 tahun yang lalu dalam sebuah event, yang awalnya gue kira ini adalah game. Karena gue diperlihatkan prototype karakternya dan lain sebagainya. Yang membuat film ini memiliki biaya produksi cukup mahal karena waktu pembuatannya yang lama. Yup teorinya adalah semakin lama rilisnya, semakin besar biayanya. Kalo teorinya nggak gitu, gue yakin BoS bisa aja milih bulan November untuk merilis film ini, walau bulan Agustus juga cocok hehehe.
Terlepas dari semua kekurangan yang gue sebutkan di atas, ada pesan terbaik untuk kita semua dari BoS, yakni:
1. BoS adalah animasi 2D pertama buatan Indonesia yang menembus Bioskop. Ini menumbuhkan rasa optimis bahwa Indonesia bisa bikin animasi dengan durasi panjang standarnya film bioskop! Ohiya buat yang bilang ini animasi yang kurang kreatif karena gayanya Jepang banget, tolong kasih tau gue gaya yang Indonesia banget itu seperti apa? Meleklah, teman! Gue ada di pihak "yang penting ada karya" ketimbang mempermasalahkan GAYA. Kecuali kalo plagiat yah uda beda lagi ceritanya yah.
2. Dengan tumbuhnya dunia animasi, akan sejalan dengan dunia sulih suara (dubbing). Gue rindu melihat nama-nama dubber yang biasanya muncul di kartun tiap minggu dan sekarang uda nggak dicantumin itu. Gue bahagia ngeliat nama-nama dubber di credit title BoS.
3. Semangat kreativitas dan BERANI. Gue yakin masyarakat Indonesia tahu kalo anak muda Indonesia itu sebenarnya banyak yang kreatif dan karyanya bagus-bagus tapi permasalahannya adalah MENTAL. Masih takut untuk menunjukkan diri. Bagi gue BoS adalah bentuk keberanian.
Uda mungkin itu aja. Gue benar-benar minta maaf jika ada perkataan yang tidak berkenan. Suatu karya yang bagus dengan sendirinya mendatangkan banyak penikmat tanpa embel-embel "dukung karya anak bangsa" untuk dagang. Dan cara mendukung karya bagus adalah dengan membelinya, jika tidak mampu maka promosikanlah. Film BoS ini hmm yaaa cukup bagus untuk kalian yang mau tahu sudah sejauh mana industri kreatif Indonesia. Tontonlah, jangan minta dan sebar link download-an doang kerjaannya. Salam #Sotoy!
Trailernya sendiri ada yang berubah, gak sama sekali dengan yang aslinya
BalasHapus1:09 >> perubahan pada lightning, colorset, dan ekspresi (keknya gak ada zoom yang serasa ngagetin)
1:11 - 1:13 >> dicopot
1:14 >> gak ada scene ginian, diubah ke penculikan kipas hitam, tonjokan muka musa-nya keterlaluan btw (karena rating?)
1:21 >> gak ada keknya (koreksi?)
1:25 >> gak dimasukin, diubah ke hide and seek di hutan belantara
1:34 >> ada frame drop pas ane nonton jumat (21/8) kemaren. (?)
1:43 >> gak dimasukin
nice trailer tactic.
kenapa demikian? Disney memang turut andil dalam produksi film (walaupun tidak semuanya) dengan mengajukan konsep flashback yang ada sebagai trigger. dan cuma karakter itu yang bisa diselesaiin selain guidance atas produksi yang dilakuin sebanyak 180 orang.
(http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150819174501-220-73191/menikmati-secuplik-sejarah-di-film-battle-of-surabaya/)
tp flashback yang disajikan di film ini terkesan biasa aja bagi ane. (kec. pas yumna digembleng sebagai anggota kipas hitam)
makanya di trailer bisa ane bilang "tech demo" gitu.
fokusnya memang pecah dalam hal kronologis. ketimbang mereka (produksi, MSV) pengen penonton tahu biar gak ada yang curious banget dengan hal kecil.
Ehm, kalo soal menggambarkan referensi hollywood sih, IMO. mereka kudu lebih perdalemin perasaan masing-masing tokohnya. itupun kalo cuma menegaskan "tak ada kemenangan dalam perang", "ini bukan tentang perang, ini tentang kemanusiaan".
dimana tokohnya ada yang sama-sama kehilangan, sama nasibnya. ini untuk Yumna dan Musa sendiri kalo ingin menggambarkan perjuangan mereka untuk kemerdekaan. namun akhirnya kurang mateng tapi untunglah watak dasar karakternya masih bisa terlihat.
tapi jika membahas soal keluarga penjajah, kalo gak salah baru Capt. John Wright yang ngedapetin itu, mengingat Musa itu kayak anaknya yang mati tertembak petinggi swastika Nazi. itu yang bikin dia benci perang namun sayangnya berimbas ke pribumi, salah juga. untung dia mundur pas akhir-akhir film.
Realitanya sih memang produsernya bilang ini film lebih ke arah "kebutuhan mengingat lagi sejarah" biar memicu rasa nasionalisme. Bener kata mbak "Tema ini berat." karena secara realita ketiga karakter ini fiksi.
segini dulu deh, kalo ada DVDnya ane beli aja bagusnya.
memang nih film harus dikritik setajam-tajamnya (biar high risk high return gitu)
Waaaah makasih loh buat komen review sedetail ini. Ya aku baru ngeh juga kalo adegan di teaser banyak yang nggak ada. Yup, yup memang harus dikritik tajam :D terima kasih yah sudah mau bertukar pikiran
HapusKeren reviewnya, sangat mendalam dan detail. Gua paling suka baca review kayak gini. Gua belum nonton filmnya sih karena gua jujur agak ilfil waktu liat trailernya, terutama sama dubbingnya hahaha. Yah mungkin kalo ada kesempatan suatu hari bakal nonton...
BalasHapusWah terima kasih. Mungkin nggak akan lama bakal tayang di TV atau gimana :)
Hapuskemarin habis nonton sama seseorang, diganggu sama anak-anak alay duduk di sebelah yang ramai sendiri. . .kayaknya film ini ketolong sama banyolannya cak soleh, dan scene epicnya pas yunma bilang sayang ke mas danu kalau sayang sebagai kakak, disitu penghayatannya kurang, dan terkesan terburu-buru . . overall saya suka desain backgroundnya dan tampilannya, soal cerita masih kurang kena, 1. masih gak paham surabaya punya bukit kayak pas musa diajak yunma di awal. . 2. perasaan surabaya dulu tidak ada hutan-hutan gitu, adanya mungkin ladang atau sekedar tanah kosong. . .
BalasHapusreview kan subyektif :D
Saya juga suka karakter cak soleh. Bener yang menolong adalah kerennya desain backgorund. Hahahaha iya memang subjektif makanya sudah ku warning :"D
Hapushwaaa jadi pengen nontoon :(
BalasHapuscoba ditonton aja :)
Hapus