Sabtu, 04 Oktober 2014

Tanpa Sadar Kita "budek"

Yo!! Selamat Idul Adha, pesta daging hohoho gue pun berpikir untuk memilih postingan ini yang akan gue edit dan terbitkan hari ini (#Sotoy abis). Awal postingan ini judulnya adalah Mulai Cacat, "budek adzan". Karena gue ngerasa agak sarkas menggunakan kata "cacat" dan saat ngedit ini ternyata topik ini meluas nggak hanya soal "adzan", maka dari itu gue memutuskan untuk membuat postingan ini general. Kalo dulu topiknya hidung --> Orang Indonesia itu Pemuja Hidung kali ini topiknya adalah TELINGA.
SUMBER
Budek yang kita tahu berarti melemahnya pendengaran. Kata budek sendiri nggak ada di KBBI, kalau pun mau nyari lewat internet, biasanya ke lempar ke kata bude' dan gudeg. Makin ke sini, gue rasa semakin banyak orang yang "budek" mungkin termasuk gue. Salah satu faktor budek adalah pemakaian headphone atau headset. Yep, gue pengguna itu dan mulai perlahan menguranginya. Dan yang lain adalah karena diabetes. Gue nggak diabetes tapi gue gemuk, dan gue pernah baca kalo kegemukan juga bisa menjadi faktor melemahnya pendengaran. Ngeri juga yah. Kalian bisa baca "7 Faktor yang Bisa Bikin Orang Budek"

Dan kayaknya semakin banyak orang yang tanpa sadar "budek". Nah, fokus pembahasan budek yang pengen gue omongin kali ini sebenarnya tentang KETIDAKPEDULIAN. Gue pikir dari artikel di atas, yang satu ini belum ditambahin deh biar jadi 8 gitu faktornya. Nah, ketidakpedulian seseorang bisa membuat "budek" loh. Ketidakpedulian di sini bisa beragam macamnya, entah dia emang sibuk, cuek, dan ASIK DENGAN DUNIA SENDIRI. Sementara itu "asik dengan dunia sendiri" bisa dikategorikan lagi menjadi melamun, berkhayal, meluncur di dunia maya, banyak pikiran dan lain sebagainya. Toh imej orang yang menggunakan headset di tempat umum selain keren, ya "asik dengan dunia sendiri" kan?

Nah, yang gue sayangkan adalah ketika adzan datang. Semua orang tahu kalau adzan itu penanda sekaligus pengingat umat muslim untuk sholat. Seringkali suara adzan yang uda pake toa super masih suka nggak kedengeran loh. Bahkan bukan karena suaranya jauh. Gue inget waktu kejadian SMA gue:

Gue: Uda adzan belum yah? (megang mukenah)
Audi: Uda kali. Sholat aja (mulai takbir, kemudian sholat)
Gue: (masih ragu)
Anel: Lah emang uda adzan? (baru dateng ke mushola)
Gue: Katanya sih udah (mulai pake mukenah)
Kemudian terdengar suara adzan keras banget. Audi ngehentak tangannya dan ngeloyor ke tanah. Gue dan Anel pun tertawa terbahak-bahak.

Jadi ingat cerita teman SMP gue, Retno bilang kalau di Jawa (nggak tau jawa mana) atau mungkin lebih tepatnya budaya Jawa, orangtua jaman dulu suka banget nyuruh anak-anaknya berhenti beraktivitas termasuk matiin seluruh gadget terutama televisi, hanya untuk dengerin adzan. Jika adzan sudah selesai, baru boleh dinyalakan lagi. Eumm mungkin bukan budaya Jawa aja kali yah, kalo gue pikir jaman dulu memang begitu bukan? Tapi kalo sekarang yaaah, kalau kalian denger adzan tanpa di depan laptop uda syukur yah, tapi kan kadang ada yang ngingetin lewat social media toh? #Sotoy :p

Dalam kehidupan sehari-hari, MATA adalah indera yang paling sering kita gunakan. Jadi tanpa sadar kita kurang peka untuk hal suara. Ini terbukti lebih susah menggambarkan atau menjelaskan apa yang kita dengar daripada yang kita lihat, padahal kan penglihatan kadang suka berilusi makanya ada ilusi optik #Sotoy parah gue. Nah dengan zaman yang serba digital ini, cara untuk mempertajam indera pendengaran kita biar tambah peduli adalah dengan MENGURANGI PEMAKAIAN GADGET. Tenang gue nggak akan ngajak lo semua berhenti menggunakan gadget atau menantang kalian untuk mencoba satu hari tanpa gadget. Ya kali cuy satu hari tanpa gadget masih bisa hidup sih tapi kan ini zaman digital masa' harus nyulitin diri? Nah ini yang bisa kita lakukan:
Pergi makan sama teman. Tumpuk handphone jadi satu. Tidak ada yang boleh megang handphone sampai semua teman selesai makan. Yang gagal, dia yang traktir atau sesuaikan dengan perjanjian masing-masing.
Kebetulan Click Motion Production, kelompok TKA gue dan Debby uda pernah mencoba hal ini tetapi gagal karena makanan yang kita makan adalah seafood yang membutuhkan dua tangan, alhasil emang pada fokus makan dan kelewat berhasil buat tantangan itu hahaha. Tapi serius deh, emang enak ngobrol sama teman yang ngeliatin handphone? Mungkin mereka bersumpah mendengarkan 100% dan emang bisa multitasking dengan handphone-nya, tapi rasa-rasanya kayak percuma untuk bertemu ya, nggak? Selain bikin "budek", gadget cenderung bikin orang gampang ke-distract dan kurang fokus.
Ada yang bilang komunikasi itu penting, tapi lebih penting komunikasi dua arah dan secara langsung. Tinggal se-atap, belum tentu saling tahu, bahkan terkadang kita lebih tau kesukaan dan kegiatan teman-teman kita. Ingat, seorang psikolog dibayar mahal karena dia sabar dan mau "MENDENGARKAN" dalam waktu yang lama cerita para pasiennya yang sebenernya intinya sama dan ceritanya muter-muter. Mari kita mulai peka dengan ada cerita apa sih di keluarga kita? Orang-orang lagi ngomongin apa sih sekarang? Apa mereka lagi ngomongin hal yang kita nggak paham dan kita nggak suka? Tapi bolehlah didengar, siapa tahu bisa paham dan bisa keliatan pinter dikit kalo ngobrol sama semua orang karena disangka tahu banyak, padahal cuma curi dengar. Hwhwhw salam #Sotoy! Selamat Idul Adha! Selamat mendengarkan! Dan selamat peduli!

4 komentar:

  1. "Tinggal se-atap, belum tentu saling tahu, bahkan terkadang kita lebih tau kesukaan dan kegiatan teman-teman kita"
    Kyaaaa!!!
    Itu kalimat nyindir gw banget -_-

    BalasHapus