Senin, 08 September 2014

Kereta VS Bus

Yo! Bikin judul di atas, kayaknya gue punya banyak postingan versus yah? Alias perbandingan gitu. Mungkin kalo gue bedah tampilan blog ini nantinya, gue akan bikin satu tempat khusus untuk "versus". Teman-teman bisa cek ke "Kelar VS Clear" dan "Suka Buku VS Suka Baca". Yang baru dipost emang baru dua sih, ditambah yang satu ini menjadi tiga. Tapi kalau di draft sebenernya ada banyak hehehe, masih pilah-pilah mana yang layak tayang alias dipost *halah*. Okeh, langsung saja kita bahas.
KERETA ATAU BUS?!
Siapa yang Bus Mania? Cung!
Siapa yang AnKer (baca: angker) alias Anak Kereta? Cung!
Yang naik motor nggak boleh cung dulu yak di sini hahahaha tapi tetep boleh nyimak dan komen kok heuheu. Entah bagaimana, pecinta bus dan pecinta kereta tuh selalu bersinggungan. Berhubung gue telah merasakan menjadi Bus Mania dan AnKer selama masing-masing 3 tahun, jadi gue tahu betul plus dan minusnya. Dan postingan kali ini akan menjadi sangat subjektif dan mempengaruhi kalian hahaha.
NAIK BECAK AJA HAHAHA
Cerita sedikit, gue tinggal di Bekasi, kemudian SMA di SMAN 4 Jakarta Pusat. Bagaimana bisa gue yang tinggal di Bekasi ini bersekolah jauh di Jakarta? Cerita panjang dan akhirnya gue pun jadi bus mania. Gue pulang-pergi ke sekolah menggunakan bus. Bangun jam 4 pagi, setelah adzan subuh langsung sholat shubuh dan langsung pergi ke sekolah tanpa babibubebo. Jadi gue telah menjadi bus mania selama 3 tahun, gue mempercayai bus selama gue sekolah. Kemudian gue kuliah di Universitas Indonesia, Depok. Gue nge-kost di Depok tapi kemana-mana naik kereta, jadilah selama 3 tahun gue menjadi anker. Jadi kehidupan gue 3 alam: Bekasi-Jakarta-Depok dan gue nggak bisa mengingat full jalanan 3 kota itu. Iri dengan yang khatam sama kotanya masing-masing.

KERETA
1. Kecepatan
Dari segi kecepatan, tentunya kereta lebih unggul dari bus (+), terus juga kereta itu antimacet (+). Tapi kalo uda ngetem dan pake acara transit segala waktunya bakal sama aje bahkan lebih lama dari bus (-). Gue telah mengukur waktu naik bus dan kereta di jam yang sama tentunya di hari yang beda dengan tujuan yang sama yaitu UI, waktu dimulai dari kaki gue keluar dari rumah di Bekasi dan hasilnya SAMA-SAMA 2 JAM, bener-bener mengecawakan!!

2. Harga
Sekarang kereta murah paraaaah! Apalagi sistem kartu sekarang bikin perjalanan terasa mudah. Masih menggunakan eksperimen gue yang sebelumnya. Perjalanan gue dari rumah ke UI hanya menghabiskan uang 9.000 saja, teman. (+)

3. Kenyamanan
KE-RE-TA
Sekarang semua kereta commuter line sudah ber-AC. Uda gitu karena kereta tertutup, nggak akan ada yang namanya asap ngebul polusi dari luar dan juga asap rokok, bersih pula jadi nyaman (+). Tapi yang bikin nggak nyaman adalah kalau keretanya penuh dan jam pulang kantor, semua orang berubah menjadi manusia pepes dan super langsing karena maksa masuk. Di Jepang, lebih parah lagi loh rebutan masuk keretanya, kamu bisa search di youtube dengan keyword: "Japanese Rush Hour". Nanti yang muncul video-video orang berubah jadi manusia pepes masuk ke kereta. Bahkan hal ini dijadiin jokes di anime kuroko no basket, si Kagami nyebutnya "This is Japanese lunch time rush" heuheu.
JAPANESE RUSH HOUR
Catatan buat anak kereta, serius deh kalian harus cari video-nya yah! Biar nggak dikit-dikit ngeluh karena dempet-dempetan dan bersyukur. Go search "Japanese Rush Hour". Di Indonesia sendiri, entah kenapa yah anak kecil yang sering dibawa sama emaknya naik kereta pasti nangis, uda gitu emaknya nggak bisa nanganin. Ini nggak tau kebetulan atau apa, tapi gue selalu ketemu yang begini:

Anak: (nangis)
Semua pengguna kereta: (ngeliatin kesel, pura-pura nggak liat, masang muka datar)
Emaknya: (nanganin anaknya sambil marah) maunya apa sih?!! Mama turunin nih yah, adek! Disusuin nggak mau, diem juga nggak mau! Ntar mama tinggalin di kereta!!
Gue (dalam hati): Anaknya mau diturunin atau ditinggalin kereta dah?

Sumpah, ini menjadi nilai (-) untuk kereta untuk gue. Mayoritas emak-emak di kereta nggak bisa nanganin anaknya, mungkin karena emang nggak ada pemandangan yang bisa dialihkan untuk anaknya di kereta. Dan ekspresi pengguna kereta juga bikin emak-emak yang nanganin anaknya jadi tertekan dan hasilnya anaknya dimarahin.

4. Sosial
Menurut gue, orang-orang yang naik kereta itu individualis. Maaf yah nggak maksud ape-ape, tapi gue akan jabarkan alasan yang cukup kuat untuk hal ini. Pertama, muka penumpang kereta pada kaku dan datar, mulai dari naik sampai di atas kereta. Kedua, kursi untuk penumpang berkebutuhan khusus mesti banget ditekanin, karena penumpangnya terlalu individualis. Nggak peduli sama yang lain, yang paling penting adalah dirinya sampai di tempat tujuan dan nggak kelewat statsiun. Contoh yang paling mudah adalah si Dinda. Banyak di luar sana Dinda di kereta, walau di bus juga. Cuma kemungkinan di bus lebih sedikit ketimbang di kereta. Dinda dan kereta uda cerita yang sangat melekat untuk gue #Sotoy. Yang pura-pura tidur di kereta? Banyak banget. Nggak gue pungkiri alasannya karena perjalanan kereta lebih panjang dibandingkan bus makanya pada individualis, semua merasa sama-sama paling lelah.

Jadi keinget cerita emak gue;
Mama: Mama nggak mau naik kereta lagi. Orangnya judes-judes kalo ditanya. Mama kan cuma mau nanya, mama turun di stasiun apa.
Gue: Mungkin emang mereka nggak tau kali, mah. Masa semua orang harus tau semua stasiun.
Mama: Yah, minimal nggak judes gitu terus mukanya kayak pada seolah-olah mama nggak se-level sama mereka.

Tenang, emak gue masih mau naik kereta kok, itu cuma keluhannya hehehe. Mungkin karena emak gue uda terbiasa sama bus kali yah.

BUS
1. Kecepatan
Dibandingkan dengan kereta, bus emang kalah cepat dan kalo ngetem juga suka keterlaluan (-), tapi teman-teman lupa yah dengan "the power of setoran"? Membuat bus berjalan dengan ngebut banget walau sopirnya ugal-ugalan. Gue kasih nilai (+) untuk kecepatan yang unexpected ini.
SE-TO-RAN!
2. Harga
Perjalanan gue dari rumah ke UI menggunakan bus menghabiskan biaya 12.000, jika ditempuh dengan bus AC. Kalo pake bus biasa, menjadi 10.000. Apalagi BBM makin menjulang kan yah, so far bus patas AC sekarang 9.000, sementara bus biasa (non AC) 6.000 gila mahal kan? (-).

3. Kenyamanan
Untuk bus yang nggak ber-AC, tentunya asap rokok dan asap polusi, ini menjadi nilai (-), tapi nggak gitu kalo di bus ber-AC. Nah adanya pengamen dan pedagang yang keluar masuk emang beneran deh bikin nggak nyaman (-), walau di bus ber-AC rata-rata pengamennya bersuara merdu. Gue masih mentoleransi pengamen, tetapi kalau uda orang biasa yang cuma dialog begini: "Ya, permisi ya bapak-bapak, ibu-ibu, kakak, adik, tante, om semuanya. Kami di sini nggak mau copet yah ibu-ibu, bapak-bapak. Kami cuma mau meminta jiwa sosial bapak ibu semuanya yah. Tolong yah dua ribu, sepuluh ribunya". Jadi keinget waktu SMA, gue kasih 500 aje ke orang yang kayak gini, eh gope gue yang berharga malah dilempar ke luar jendela. Mohon maaf, bang gue cuma pelajar SMA waktu itu dan duit 500 berarti banget. Tapi, nggak ada yang namanya anak kecil nangis lama di bus. Para emak di sini pada jago nanganinnya, begini:

Anak: (nangis)
Emaknya: Eh liat deh, dek! Itu tuh apaan tuh? (nunjuk ke luar jendela) ih mobilnya ada banyak. Coba deh hitung. Tuh ada yang merah.
Anak: (berhanti nangis, bengong) yang itu apa, mah?
Emaknya: Itu bajaj. Bunyinya wreeeng...

Ah sedap banget liat emak-emak nanganin emaknya begitu. Oia kalo jam pulang kantor, emang padet banget sih tapi nggak sepadet kayak kereta yang ibarat kata nggak ada space buat orang lewat. Kalo bus kan diatur sama abang kenek, biar anak keneknya juga bisa lewat jadi masih bisa napas (+).

4. Sosial
Seperti cerita yang gue jabarkan di bagian sosial kereta, emak gue terbiasa naik bus karena kalo nanya beneran banyak yang nyaut dan niat bantuin. Gue bakal kasih contoh skenarionya dengan emak gue yang jadi peran utamanya yah;

Mama: Saya mau ke Monas, turun dimana yah? Katanya turun di Senen aja?
Ibu di sebelah: Wah, saya nggak tau juga, bu. Bukan orang Jakarta, coba tanya keneknya.
Kenek: Senen bisa, bu. Ntar lanjut aja naik kopaja atau bajaj.
Penumpang lain: Di kwitang aja, bu biar cepet. Dari kwitang naik kopaja p20 turunnya deket-deket gambir gitu.
Mama: Aduh kwitang dimana yah?
Sopir bus: nanti di kasih tau deh, bu.
Penumpang lain 2: Bareng saya aja, bu. Saya turun di kwitang.

Begitu skenarionya dan bisa dipastikan kalo penumpang bus itu social-able atau mungkin ramah daripada penumpang kereta yang individualis. Hal ini terjadi mungkin karena bus lebih kecil daripada kereta. Tapi untuk urusan memberi tempat duduk pada penumpang yang berkebutuhan mah selalu tersedia dong tanpa tulisan, kalo nggak mau ngasih langsung bisa dihakimin sama semua orang penumpang bus tersebut, apalagi kalau ada kenek yang jadi satpamnya hahaha. Penumpang bus juga lebih ekspresif. Apalagi yang duduknya deket jendela, beuuuh uda berasa bikin video klip kan tuh ekspresinya heuheu.
SUMBER: ZEROCHAN.NET
Kalo ditanya gue bakal pilih mana, kereta atau bus? Jawabannya bus. Bagi gue, naik bus itu penuh cerita ketimbang naik kereta. Sekali nengok di jendela, ada banyak hal yang bisa diperhatikan dan memberi berjuta-juta ide dan inspirasi, jadi gue nggak bosen karena kerjaannya berpikir dan kemudian tiba-tiba ketiduran. Nah kalo di kereta, gue bosen liat muka-muka orang capek, stress, kayak manggul beban yang berat. Sedikit banget gue dapet inspirasi dan ide-ide. Ujung-ujungnya kalo gue duduk yah gue tidur. Ohya, kalo di kereta, gue nggak bisa tidur berdiri sementara di bus gue pernah loh tidur berdiri dan kemudian kejumplang ke depan niban penumpang lain karena sopirnya ngerem mendadak.

Ada beberapa hal yang gue nggak paham, orang naik kereta kenape ada pake masker dah? Kan uda jelas nggak ada polusi ketimbang bus gitu? Gue pun mendapat jawabannya dari Isti, kenalan gue waktu test kerja, sedikit cerita ketemu dia ada di sini. Dia bilang menutup mulut pake masker di sini untuk sebuah etika. Kalo-kalo aja kita tidur mulutnya kebuka, jadi alangkah lebih sopan pake masker. What a good answer. Jadi yang pake masker bukan hanya pengendara motor aja yah hahaha.

Percaya deh sama gue, rata-rata orang Bekasi itu lebih suka naik bus daripada naik kereta. Karena pilihan bus Bekasi banyak banget loh. Mau kemanapun ada busnya. Sementara orang Depok, mau kemana-mana susah kalo nggak naik kereta. Pilihan bus Depok tuh dikit banget, angkotnya juga. Nah kalau kalian lebih suka naik apa? Kereta atau bus? Kasih tau dong alasannya. Diskusi dikit asik nih.

Ps: gue suka bus, kecuali transjakarta hahaha.

Daftar anime yang dijadikan foto:
1. Tonari no kaibutsu kun
2. Lovely complex
3 dan 5. Kuroko no basket
4. Bus driver

16 komentar:

  1. gue pengendara motor dan akan memilih bus jika memang harus menggunakan kendaraan umum. karna gue gak ngerti peron mana yang mesti gue pilih dan juga kereta mana yang mesti gue naikin. beda dengan bus yang udah ada nomor dan jurusannya.
    gila juga tuh put japanese rush hour. orang sampe di dorong-dorong gitu. hahhaha
    tentang masker. gue dikasih tau temen gue kalo dia selalu pake masker pas naik aptb. ya memang karena itu, biar kalo dia tidur dan gak sengaja mulutnya kebuka jadi gak keliatan gitu. kreatif ya pemikiran orang indonesia.
    dan dua jempol buat post lo put!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoha, mereka rela didorong gitu, ga biar muat tapi yang terpenting mereka tertib (mengenai japanese rush hour). Iye sama kayak yang dikatak Isti tadi heuheu emang buat etika sopan santun aja.

      Hapus
  2. Lebih suka naek kereta dong.. ada OSTnya "Naik Kereta Api - GNR", klo bus belom tau ada original soundtracknya apa gak tuh ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ih bener banget. Harusnya jadi nilai plus yah? :)

      Hapus
    2. Iya dong, pandang lagi sisi positif lainnya

      Hapus
    3. Yang di atas juga uda banyak kok segi positifnya :) seimbang.

      Hapus
  3. Seumur hidup geu belum pernah naik kereta, Dan ketika mau pun selalu ga jadi, :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo coba naik kereta. Kereta yang jarak jauuuh, yang antarprovinsi atau yang biasa aja kayak commuterline :)

      Hapus
  4. Akhirnya muncul juga intheraw hahhahaha cobain dah naik kereta :3 sensasinya beneran beda.

    BalasHapus
  5. Sedihnya aku yg gapernah naik kereta. :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun di sini kebanyakan naik bus yah ketimbang naik kereta. heuheu

      Hapus
  6. HAI, teman-teman, dukung aku ya buat jadi School Editor GADIS Annual Edition 2015.

    Caranya:

    • Vote via Website
    1. Klik link ini >> bit.ly/SyifaGADIS2015
    2. Pilih VOTE di bawah artikelku
    3. Daftar/sign up jadi member di GADIS.co.id
    4. Cek email kamu, dan aktivasi akun GADIS
    5. Sekarang masuk/login dan klik VOTE di artikelku lagi, kalau sudah ada message data kamu terkirim artinya kamu sudah vote aku
    6. Kamu bisa vote satu kali setiap hari, jadi boleh banget tiap hari vote kok

    • Vote via SMS
    Kirim SMS ke 08111901555. Formatnya:

    MBY(spasi)NamaKamu#SekolahKamu#SchoolEditor#Asy-syifaaHalimatuSadiah#SMAN1Cililin

    Contoh: MBY DindaImani#SMAN5Bandung#SchoolEditor#Asy-syifaaHalimatuSadiah#SMAN1Cililin

    *) Tarif SMS normal kok, jadi kirim sebanyak-banyaknya, dan ajak juga teman-teman kalian :)

    TERIMAKASIH ^^

    BalasHapus
  7. kalau saya sih mending naik delman istimewa disamping pak kusir wkwkwkwkw salam kenal ya

    BalasHapus
  8. Japanese rush hour beneran kayak gitu ya, buset udah kayak ikan pepes

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya beneran kayak gitu. Kondisi disana kan lebih prefer naik kereta atau kendaraan umum, karena punya kendaraan pribadi pajaknya gede. Kalo di sini kondisinya, kereta < penumpang gitu.

      Hapus